Senin, 13 Agustus 2007

Mengubah Motor Gede secara Radikal

JAKARTA – Penggemar motor gede di Indonesia lumayan banyak. Sebagian dari mereka ada yang suka mengubahnya (custome). Komunitas penggemar custom motor gede dianggap kelompok manusia unik. Mereka sudah membeli dengan harga mahal, lalu mengubahnya menjadi tidak standar pabrik lagi. Ini butuh biaya tambahan Rp 40 juta sampai tak terhingga. Lalu apa yang dicari mereka?
Tujuannya jelas agar bisa tampil beda. Motor bagi mereka adalah cermin kepribadian dan identitas. Sebagai kelompok dari golongan yang rata-rata telah mapan, identitas menjadi prioritas untuk ditampilkan. Mereka tak mau disamakan motornya dengan motor orang lain. Makanya tak mengherankan jika kita melihat sebuah motor gede merek tertentu, akan jauh berbeda dengan motor gede lainnya dengan merek dan tipe yang sama.
Ignatius Hendra Wanadjaya misalnya, memiliki sepeda motor Harley Davidson. Dia suka modifikasi karena demi mengungkapkan ekspresi diri. Maka pilihannya adalah chopper custom, memodifikasi secara radikal. Dia mengaku tak suka mempunyai motor yang belum diapa-apakan. Menurut dia, itu seperti masih punya pabrik, bukan miliknya. Untuk membangun motor gede seperti itu dia menghabiskan dana sekitar Rp 40 juta.
Joel, penggemar lainnya, melihat kebutuhannya dulu sebelum membangun motor gede custom. Apakah untuk dipakai ngebut atau gaya? Setelah itu ditetapkan barulah dibuat sesuai perpaduan antara kebutuhan dan kepribadian pemilik. Untuk menentukan desain, Joel menggali ide dari teman, majalah dan internet. ”Pokoknya harus beda dari yang lain,” ujarnya.
Untuk melakukan custom caranya bisa sendiri atau dengan bantuan customizer. Menurut Vero Land (26), penggemar motor gede custom, ada berbagai tipe custom dalam dunia motor gede. Ada istilah stock custom yakni motor standar yang diganti warna cat, ditambah lampu, pelek diganti, tapi mesin dan rangka masih asli buatan pabrik.
Menurut Djoko Iman Santoso (34), pehobi lainnya, tak ada pembagian yang jelas tentang custom. Pengertiannya itu luas namun dalam dunia motor gede, seperti yang diamatinya, dikenal istilah factory custom. Maksudnya, semuanya diganti kecuali bodi dan warna. Mesinnya, mau diubah atau ”dinaikkan” terserah. Jadi jika pengendara memakainya, maka bodi dasarnya masih ketahuan.

Ragam Custom
Ada juga istilah middle custom - kerap disingkat mid custom - yang mengubah semuanya, kecuali bentuk bodi. Ada pula yang radical custom yakni mengubah secara keseluruhan tanpa terkecuali. Aliran yang terakhir ini kemudian dikenal sebagai chopper.
Pehobi membangunnya dari nol. Orang sudah tak tahu lagi asal muasal motor tersebut. Bisa saja motor itu dibangun dari mesin Harley Davidson (HD), tapi rangka dan bagian lainnya buatan berbagai pabrik komponen. ”Di Indonesia ada sekitar 5% yang penggemar radikal dan 5% mid custom serta factory custom,” sambung Iman.
Di sini, lanjutnya, penggemar factory custom justru cenderung berkembang. Alasannya, mereka masih sayang motor jika sampai mengubah warna atau bentuk bodinya. Di HD ada produk yang asli dan ada yang disebut after market. Produk after market bukanlah barang palsu, tapi produk yang dikeluarkan di luar pabrik HD namun bisa untuk motor HD.
Komunitas penggemar motor gede custom di sini, kata Iman, walau ada perkembangan namun masih sedikit karena berbagai alasan. Alasan pertama, jika mengorder barang dari luar negeri, biayanya tak sedikit. Selain itu ada hambatan komunikasi dan jarak sehingga barang yang diminta suka tidak sesuai order.
Selain itu, banyak orang Indonesia yang punya uang, tapi tak mengerti proses pengerjaannya. Buat mereka ada semacam sikap, taruh uang, lalu minta motor gedenya jadi dalam waktu singkat. Sementara kalau melihat di Amerika, seorang customizer membuat motor berbulan-bulan, bahkan ada yang sampai 3 tahun. Sebagai customizer, Iman jika bertemu dengan klien seperti ini, dia angkat tangan.

Belum Dipahami
Di sini, penggemar custom masih kurang menghargai sebuah desain custom, jika dibanding di negara Barat. Di Amerika walau seorang master builder atau customizer mengerjakan 12 motor dalam setahun sudah bisa hidup.
Mereka bukan hanya men-charge ongkos kerja tapi juga jasa desainnya sekaligus. Ibarat jika membangun rumah, selain membeli bahan bangunan, mereka juga terkena ongkos jasa desain. ”Kalau di sini diterapkan seperti itu, mungkin terkaget-kaget karena dianggap mahal jadinya,” sambung Iman.
Di Indonesia, penggemar motor gede yang beralih jadi seorang customizer pro ada sekitar 10 orang. Iman adalah salah satu yang berhasil mengembangkannya menjadi lahan bisnis. Biasanya orang yang mempunyai bengkel servis, otomatis menjadi seorang customiser. Untuk mendapatkan desain yang cocok bagi kliennya, seorang costumizer bertanya soal kesukaan dan pantangan kliennya. Kepribadian kliennya juga diamati dalam obrolan santai itu untuk mencari model custom yang cocok.
Menurut Vero, memang motor custom lebih mahal ketimbang motor buatan pabrik. Contohnya, motor gede fully custom yang dibuat dengan tema Batman yang disebut bat-chopper. Yang membangun adalah Harold Fontarally, seorang customizer top di Amerika, biayanya US$ 65 ribu. Padahal jika membeli HD standar, US$ 18 ribu sudah di tangan.
Vero yang juga seorang customizer yang cukup beken, karyanya diakui khas chopper ala Indonesia. Tak ada yang bisa menyamai buatannya. Dia bisa membangun jarak rangka ke tanah hanya dua jari. Artinya motor gede itu ceper banget. Sampai-sampai kalau ada ”polisi tidur” motornya harus jalan pelan-pelan. Bahkan pernah motornya ”karam” (istilahnya untuk nyangkut) di pelataran parkir Plasa Senayan.
Menurut dia, belum pernah ada yang membuat motor seceper buatannya, sekalipun di luar negeri.
Alasannya membuat seperti itu walau bakal tersandung hambatan di jalan, karena ingin yang unik. Motornya sepanjang 3 meter itu dijuluki recycled motorcycle karena dibuat dengan barang-barang bekas. Misalnya tutup platinanya dari bola bilyar, tutup cuknya dari dadu, tutup tangki yang sudah jelek ditambah tanduk yang digambar smiling face berwarna kuning. Alhasil motor Vero menang kontes modifikasi paling ekstrem pada Kenduri Motor Nasional, baru-baru ini.
Membuat chopper, menurut alumnus Universitas Atmajaya itu, proses kreatifnya datang dari mana saja. Pernah dia membangun dua motor sekaligus untuk 2 orang. Yang satu orangnya rapi dan manis, seorang lagi kesannya berandalan, berantakan dan cuek.. Hasilnya dua chopper yang berbeda karakter yakni satunya tampil anggun dan manis dengan warna cat yang ceria, dan lainnya kusam karena dicat seperti aspal. ”Mereka tampak puas, mungkin karena pas dengan kepribadiannya.”